Monday, November 2, 2009
es yg lebih berat dari air
Film fiksi ilmiah memang sebuah hiburan yang sangat khas bagi saya. Hehe, maklum sejak kecil senang dengan sains, hingga saat ini yang paling saya cari di rental DVD mungkin hanyalah film yang berhubungan dengan sains, thriller, dan itu saja…
Dengan menikmati tayangan fiksi ilmiah imajinasi saya terus berkembang, dan satu hal lagi bahwa semangat untuk terus membuka buku2 teori electrical eng. tak pernah hilang!!! Pencetus Teori Big-bang, Stephen Hawking, setuju bahwa dengan fiksi ilmiah umat manusia secara tidak langsung terpengaruh dan terus bermimpi untuk mewujudkan teknologi dlm film menjadi kenyataan. Hawking sendiri pernah terlibat dalam salah satu episode Star Trek, saat serial ini masih rame dulu.
Ada yg special dari serial Star Trek, seorang fisikawan USA menulis buku yg mengkritik berbagai kesalahan dalam serial tersebut, berkaitan dengan FISIKA. Saya heran, serial itu ternyata telah menarik perhatian banyak “orang pintar” di Negara asalnya. Dikatakan dalam buku itu, saya lupa nama penulis FISIKA STAR TREK, bahwa mahasiswanya sudah biasa membahas berbagai kejanggalan ILMIAH dari tiap episode. Tentu sang fisikawan menemukan puluhan kesalahan ilmiah dari serial itu.
Memang kejanggalan fisika dalam film fiksi ilmiah sangatlah umum terjadi. Namun, apa yg dibahas dalam FISIKA STAR TREK bukan tentang problem sederhana melainkan berbagai masalah teoritis fisika tingkat tinggi. Saya juga sering menjumpai kejanggalan serupa, hanya saja terkadang hal yang sangat sepele sekalipun bisa jadi keliru untuk lebih menekankan kesan SERU! WAH! GILA!. Terahir dari film G.I. Joe The Rise of Cobra. Pertama mengenai impuls berhubungan dengan hukum momentum, yang kedua tentang es di kutub.
Dalam film ini yang saya amati adalah semacam meriam impuls yg ukurannya beragam mulai dari seukuran pistol, hingga meriam raksasa seukuran rocket launcher. Seperti yang saya tulis di atas, ini pasti hanya untuk menekankan kesan WAH! dan SERU, dan kenyataannya saya juga merasa terpesona dg 'teknologi' ini, ini keren!!!. Saya masih ingat betul contoh2 soal SMA dulu tentang kekekalan momentum seperti mengapa sebuah tank terdorong ke belakang saat menembakkan pelurunya. Sama dengan sebuah pistol impuls dalam film ini. Seorang wanita bisa menembakkannya dengan santai atau dengan sedikit hentakan ke belakang, namun tak seperti sasarannya, sebuah truk dengan massa berton-ton yang terlempar lumayan jauh untuk ukuran sebuah proyektil impuls pistol atau atap sebuah gedung yg hancur berkeping-keping.
Satu2nya wujud gelombang yg tak menggetarkan massa, sehingga memungkinkan sang wanita tak terlempar, adalah electromagnetic wave. Namun, gelombang ini meski dengan frekuensi dan amplitude besar takkan mampu menghasilkan efek dorong terhadap sasarannya, yg ada adalah efek bakar, seperti pada meriam laser misalnya. Kecuali dengan energy yang tak masuk akal untuk dihasilkan oleh sebuah pistol di tangan seorang wanita cantik.
Nah, yang kedua lebih sepele lagi. Sebuah markas raksasa dibangun di bawah bongkahan es kutub mengambang di laut kutub. Ini masuk akal karena memang begitulah air ketika membeku, massa jenisnya lebih kecil daripada wujud cairnya. Nah, justru anehnya ketika markas itu hancur gunung es itu hancur menjadi kepingan2 raksasa yang tenggelam ke dasar laut! Lah… kok bisa?
Banyak ide tak masuk akal lainnya, namun hanya dua hal ini yg saya amati karena ini cukup sepele. Sebenarnya jika efek2 itu dibuat lebih nyata film tersebut akan lebih ‘lengkap’ dan lebih enak untuk ditonton. Biarkan superhero cantik itu patah tangan jika sebuah truk memang menimpa dirinya. Beda lagi jika kita sedang nonton X-Men di mana banyak orang sakti tanpa penjelasan, datang sebagai indigo, mutan, itu memang bukan konsumsi untuk dibahas fisika, hehe. Batman-The Dark Knight adalah salah satu yang agak masuk akal. Sang tokoh, Bruce wayne bukanlah hero bertubuh dewa, dia masih menjahit tangannya yg tergigit anjing.
Meski berbagai teknologi itu mungkin adalah impian manusia di masa depan, namun berbagai efek fisika sederhana yg sengaja di-pincang-kan sering kali tak membuat sebuah film aksi tampak Wah, tapi malah Yaaaahhhh…
Labels:
baca,
sains eksak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment