Monday, May 13, 2013

Tentang Elon Musk (1)

Sebelum John Favreau menjadikannya inspirasi untuk sosok Tony Stark dalam filmnya, Elon sudah menjadi sosok yang tak biasa. Dari satu sisi dia adalah seorang pemimpi yang "hampir" berhasil mewujudkan mimpinya namun dengan cara yang ia sendiri bahkan tak merekomendasikan orang lain untuk mengikuti jalannya. Mungkin bagi banyak orang ia terlalu "ngoyo" atau memaksakan dalam bekerja. Video tentang dirinya oleh Bloomberg baru-baru ini diupload ke Youtube.

Dalam postingan ini saya muat ulang tulisan Carl Hoffman dari smithsonianmag.com dalam bahasa Indonesia, karena terasa terlalu banyak untuk ditulis dari sudut pandang sendiri. Tulisan ini terbit Desember 2012 dengan judul "Elon Musk, Rocket Man with Sweet Ride."

Saya sengaja menerjemahkan tulisan ini meski saya tahu hari ini orang tak butuh penerjemah untuk berita yang sangat menarik mereka. Pasti ada berita yang kurang menarik namun tetap penting untuk disimak. Berita di media tak lain layaknya potongan puzzle yang menyusun sejarah. Demikian pula dengan tulisan ini, ada fase-fase dalam sejarah di mana orang menyimpan tulisan tentang kisah perjuangan Einstein menyelesaikan teorinya sebelum dia menjadi Eisntein yang dikenal dunia.

Banyak kisah perjuangan di dunia ini yang membuat kita berkata “Apapun hasil akhir dari perjuanganmu, kami tetap bangga untuk menyaksikan kisahmu”. Untuk menyalakan bara api inspirasi bagi dunia, kita tidak harus mnyediakan bahan bakar berlimpah, namun kadang kita hanya perlu menyulut api pertamanya dan biarkan orang lain menyelesaikan sisanya.



 “Lima, empat, tiga...” Pada T-minus tiga detik nyala api putih meledak dari roket setinggi bangunan 22 lantai. “Dua, satu. Liftoff.” Langit malam menyala dengan cahaya dan api serta awan dari asap, begitu sembilan buah mesin menghasilkan daya dorong sebesar 1,320,000 pound mendorong wahana itu ke langit di tempat peluncuran Nasa di Tanjung Canaveral. Jalan ke orbit itu pendek tapi ditandai dengan serangkaian keajaiban teknis, dan roket itu meluncurkannya: 17,000 mil perjam untuk melepaskan diri dari atmosfer bumi. Separasi tahap pertama dan kedua. Penyalaan mesin tahap dua. Dalam beberapa menit proses itu berahir: Kapsul yang membawa 1,000 pound(sekitar 453,6kg) kargo telah berada di orbit, berpacu untuk kemudian docking dengan ISS (International Space Station), yang melaju begitu cepat sehingga ia mengelilingi Bumi 15 kali sehari, ini adalah yang kedua dari penerbangan serupa oleh Falcon 9 beserta kapsul Dragon-nya sejak bulan Mei. “Ini membuktikan bahwa kami tidaklah sekedar beruntung untuk kali pertamanya,” ujar chief designer roket tersebut, Elon Musk. “Tahun depan kami mengharapkan empat hingga lima peluncuran, tahun berikutnya delapan hingga sepuluh, dan jumlah peluncuran meningkat 100 persen tiap tahun untuk empat hingga lima tahun ke depan.” Pada jumlah itu Musk, seorang insinyur otodidak yang juga bocah jago internet, akan meluncurkan lebih banyak lagi roket bahkan daripada Cina atau Rusia.

Ada beberapa hal yang lebih sulit daripada menempatkan sesuatu di orbit. Mercury, Gemini, Apollo, pesawat ulang-alik – kita memikirkan roket dan yang tertua, kebanyakan raksasa yang anteng: pemerintah AS. NASA. Lockheed. Boeing. Ruang angkasa, sebuah garis batas yang sangat berbahaya, sangat menakutkan, sangat rumit dan mustahil, yang karenanya tidak menjadi milik para petualang individu atau para entrepreneur pemberani, tapi menjadi milik gabungan dari kompleks industri militer terkuat di dunia. Kecuali bahwa roket ini tak diluncurkan oleh pemerintah AS, atau bahkan Lockheed atau Boeing, tapi oleh pria-pria memakai celana pendek dan kaos peselancar yang diawasi oleh seorang jutawan internet. Penerbangannya mengandung arti sejarah: misi suplai kargo ke ISS pertama yang dirancang, dibangun dan diluncurkan oleh pihak swasta. Atau, taruhlah dalam istilah lain, sejak pemberhentian program pesawat ulang-alik, roket dan kapsul luar agkasa dari sebuah perusahaan kecil pemula, yang kira-kira seharga sepersepuluh harga pesawat ulang-alik untuk tiap peluncurannya, telah menjadi alat AS satu-satunya untuk mencapai stasiun ruang angkasa yang berharga US$100 miliar itu. “Order bisnis pertama kami,” kata Musk, sambil duduk di dalam kubikalnya di Hawthorne, California, “adalah untuk mengalahkan perusahaaan roket tetap, kuno. Lockheed. Boeing. Rusia. Cina. Jika ini adalah sebuah permainan catur, mereka tak punya banyak kesempatan.”

Musk ingin secara mendasar merubah cara kita bepergian, energi yang kita konsumsi dan warisan kita sebagai umat manusia yang terikat pada Bumi. Mendengar pria 41 tahun yang  penuh percaya diri dan kekanak-kanakan mengenakan jeans biru dan kaos putih berayun maju-mundur di atas kursi Aeron nya, dia terdengar menggelikan: Dia berbicara tentang fusi nuklir dan koloni Mars dan pesawat yang take-off secara vertikal. Anda ingin menamparnya, membiarkannya di tempat, atau sekedar tertawa dan mengabaikannya, yang telah dilakukan oleh industri ruang angkasa saat pertama dia umumkan rencana untuk mengganggu sebuah industri yang sangat sulit secara teknis dan butuh modal intensif yang membuatnya hanya dimiliki oleh pemerintah-pemerintah terkaya dunia.

Namun Musk menatap ke langit dan berkata bahwa ia mampu membangun sebuah roket yang akan mengirim kargo dan manusia ke orbit lebih murah dan lebih handal daripada yang pernah dilakukan oleh negara dan perusahaan manapun, dan bahwa ia mampu melakukannya lebih cepat daripada perusahaan swasta manapun. Saat ini ia adalah seorang CEO dan chief designer  di Space Exploration Technologies, dikenal dengan SpaceX, yang kapsul Dragon-nya pertama kali melakukan doking dengan ISS pada bulan Mei dalam sebuah penerbangan ujicoba, sebuah prestasi yang hanya mampu dicapai oleh tiga negara dan European Space Agency (ESA) – dan, kini, menjadi alat AS satu-satunya untuk mencapai ISS tanpa bantuan asing. SpaceX telah mengirim lima buah roket ke orbit, memiliki kontrak dengan NASA senilai US$1.6 miliar, 45 peluncuran sesuai jadwal dan mempekerjakan 2,000 orang untuk merancang dan membangun lebih banyak lagi mesin roket daripada perusahaan manapun di dunia.

Saat ia tak sedang meluncurkan roket, Musk meng-usil-i industri mobil yang terkenal bandel. Saat raksasa-raksasa industri seperti Chevrolet dan Nissan dan Toyota sedang sibuk dengan mobil hibrid listrik-bensin, bocah okabe (orang kaya baru) ini mengatakan bahwa ia akan merancang dan memproduksi sebuah mobil listrik yang mampu berjalan ratusan mil untuk satu kali isi (charging). Tesla Roadster turun ke jalanan pada 2008 dengan jarak 200 mil, dan model S yang lebih fungsional, dijual mulai $57,000, dikenalkan pada bulan Juni. Ini adalah sebuah mobil listrik yang mampu melakukan apapun serupa mobil bensin saya, hanya saja lebih baik (daripada mobil bensin saya*). Model high-end ini mampu berjalan 300 mil sekali isi, melompat dari nol ke 60 mil/jam (± 96,6km/jam) dalam 5.5 detik, melambat dari 60 mil/jam ke berhenti penuh pada jarak 105 kaki (32m), mampu menampung lima penumpang, memiliki ruang untuk kantong jerami dan tongkat golf, handle serupa mobil balap dan baterainya digaransi delapan tahun, 100,000 mil. Jika Anda mengisinya via panel surya, ia akan mengalirkan daya matahari. Seratus unit per minggu sedang diproduksi di sebuah bekas pabrik Toyota di Fremont, California, dan hampir 13,000 orang telah memesannya.

Seakan ruang angkasa dan mobil belum cukup untuk ditaklukkan, pada saat yang sama Musk berusaha untuk merevolusi industri energi juga. Dia adalah investor terbesar dan ketua dewan pengurus Solar City, salah satu supplier terbesar teknologi energy surya dan sebuah kepingan kunci dari niatnya untuk merubah tidak hanya  konsumsi energi, namun juga produksi energi.

Roket Musk melakukan doking dengan ISS hanya dalam penerbangan keduanya memerlukan sebuah “rangkaian keajaiban yang merupakan pencapaian fenomenal,” kata Michael Lopez-Algeria, seorang mantan pilot uji Angkatan Laut,  veteran empat misi ulang-alik NASA dan presiden dari Commercial Spaceflight Federation.

 “Musk bilang ‘Ini yang akan saya kerjakan’ dan ia telah melakukannya,” kata Jendral Jack Dailey, direktur Smithsonian National Air and Space Museum. “Dialah orangnya dan itu cukup jelas saat ini.”



***

Kepingan-kepingan rumit teknologi adalah alat, dan alat adalah gagasan terbaik dari perpanjangan tangan manusia, yang merupakan perpanjangan dari pikiran manusia. Dan pikiran di belakang Tesla dan SpaceX adalah seorang insinyur otodidak dan pionir belanja di internet. Beberapa langkah jaraknya dari ruang Musk di sebuah gedung besar di mana dulu Boeing 747 dibuat terdapat tabung-tabung aluminium besar yang segera akan menjadi badan-badan roket, dan ruang-ruang bersih diisi dengan stainless-steel meliuk-liuk yang merupakan jantung dari motor roket. Ini bukanlah impian internet, tak terencana, tanpa ide kasar, tapi sebuah tempat di mana ratusan insiyur muda yang cerdas telah dilepas oleh Musk, pria yang keluar dari program paskasarjana fisika terapan di Stanford University pada 1995 untuk menciptakan sebuah perusahaan, Zip2, bersama saudaranya, Kimbal, yang kemudian mereka jual ke Compaq Computer seharga US$300 juta. Perusahaanya berikutnya, X.com, yang kemudian menjadi Paypal dan dia adalah pemegang saham terbesar saat perusahaan itu dijual ke eBay sehanrga US$1.5 miliar.

Musk pergi membawa US$180 juta dan bisa saja dia membawa kekayaan barunya dan bermain bocce di atas dek yacht atau mencoba untuk hal baru berikutnya di Internet. Kecuali bahwa Musk, sederhananya, sedikit aneh dan memang selalu seperti itu. Apa yang tampak sebagai rasa percaya diri yang kurang ajar adalah sebuah kecerdasan terlalu dini dan sebuah pikiran yang secara aneh bercampur dengan dorongan untuk merubah dunia. “Kebanyakan orang, saat mereka menghasilkan banyak uang tak ingin mengambil resiko,” ujarnya. “Bagiku ini semua bukan tentang uang, tapi memecahkan masalah untuk masa depan kemanusiaan.” Dia tidak tertawa ataupun tersenyum saat mengatakannya. Tak ada tanda ironi.


Sebagai seorang anak yang tumbuh di Pretoria, Afrika Selatan, ibunya dulu mengira bahwa ia memiliki masalah pendengaran. “Kami menyebut Elon ‘anak jenius’”, kata ibunya, Maye. “Otaknya lebih maju dari orang-orang dan kami mengira dia tuli, jadi kami bawa ia ke dokter. Namun ternyata dia hanya sedang berada di dunianya.” Musk mengangkat bahunya (seakan tak peduli) saat kuberitahu cerita itu padanya. “Mereka mengambil polipku, tapi itu tak merubah apapun. Kalo aku sedang konsentrasi pada satu hal maka yang lain aku buang.” Dia sering dikerjai oleh bocah-bocah lain. Dia benci ke sekolah. Dia terobsesi oleh fakta-fakta dan membaca. “Jika seseorang bilang Bulan, kira-kira, jauhnya jutaan mil,” kata Maye,”dia akan bilang, ’tidak, jauhnya 238,885 mil dari Bumi, tergantung dari mana kau melihatnya.’ Anak-anak lain akan tercengang ‘Hah?’ Dia penasaran terhadap segala sesuatu dan tak pernah berhenti membaca dan mengingat semua yang ia baca. Ia tidak sedang berada di alam mimpi. Dia hanya memandang segala sesuatu sebagai permasalahan yang bisa diselesaikan.”



Tesla merupakan buah pikiran besar dari seorang lagi, JB Straubel, yang menciptakan sebuah cara untuk menghubungkan ratusan baterai ioan litium – pada dasarnya sama seperti yang ada di laptop Anda – bersama untuk menciptakan daya tahan baterai yang belum pernah ada sebelumnya. Musk masuk dan menjadi invertor utama di perusahaan itu, di mana dia sekarang menghabiskan separuh waktunya. “Elon membentuk mentalitas ‘pola pikir untuk menjadi lebih besar‘ ini,” ujar Straubel, di sebuah studio desain megah di belakang SpaceX.”Sebagai insinyur kita cenderung menginginkan untuk menjaga komponen-komponen tetap berukuran kecil, namun Elon selalu membayangkan sesuatu yang sangat besar ini mengerikan, dan ia sangat menginginkan dan berusaha keras.”

Musk mengambil sebuah model dari Falcon 9 Heavy Lift, yang akan memiliki muatan terbesar dari roket manapun dan ia berharap akan diluncurkan tahun depan. Tidak ada bagian dari pesawat ruang angkasanya yang tidak dia kenal secara intim. Baginya, permasalahan dengan ruang angkasa tampak begitu jelas: Semua roket yang ada menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh pemerintah untuk kinerja maksimal tanpa memandang biaya. Setiap roket dibuat karena pesanan dan digunakan untuk sekali terbang dan kemudian dibuang. “Bayangkan,” katanya, “jika Anda membangun sebuah Boeing 747 baru untuk setiap penerbangan.”

Musk memulai SpaceX dan mengatur pengembangan dari sebuah wahana dari corat-coretan. Dia memiliki sebuah ide dasar dari apa yang ia inginkan, bagaimana hal itu bisa diselesaikan, namun ia memperkerjakan para veteran dari TRW, Boeing dan NASA untuk mengerjakan detailnya. Ia mengorbankan sejumlah kecil kinerja demi biaya. Ia tak mempatenkan apapun karena ia tak menginginkan para kompetitor – khususnya China – untuk bahkan hanya melihat petunjuk dari teknologinya. Dia membangun dan merancang mesinnya sendiri serta mengatur semua rancangan dan keputusan-keputusan teknis.

“Saya adalah head engineer dan chief designer sekaligus CEO, sehingga saya tak harus cave to some money guy,” ujarnya. “Saya menemui banyak CEO yang tak mengerti detail dari teknologi mereka dan itu konyol bagiku.” Ia membangun fasilitas di dataran Texas di mana setiap potongan perabot yang dibangun oleh SpaceX diuji terlebih dulu sebelum disatukan menjadi rocket.


No comments: