Sebelum John Favreau menjadikannya inspirasi untuk sosok Tony Stark dalam filmnya, Elon sudah menjadi sosok yang tak biasa. Dari satu sisi dia adalah seorang pemimpi yang "hampir" berhasil mewujudkan mimpinya namun dengan cara yang ia sendiri bahkan tak merekomendasikan orang lain untuk mengikuti jalannya. Mungkin bagi banyak orang ia terlalu "ngoyo" atau memaksakan dalam bekerja. Video tentang dirinya oleh Bloomberg baru-baru ini diupload ke Youtube.
Dalam postingan ini saya muat ulang tulisan Carl Hoffman dari smithsonianmag.com dalam bahasa Indonesia, karena terasa terlalu banyak untuk ditulis dari sudut pandang sendiri. Tulisan ini terbit Desember 2012 dengan judul "Elon Musk, Rocket Man with Sweet Ride."
Saya sengaja menerjemahkan
tulisan ini meski saya tahu hari ini orang tak butuh penerjemah untuk berita
yang sangat menarik mereka. Pasti ada berita yang kurang menarik namun tetap
penting untuk disimak. Berita di media tak lain layaknya potongan puzzle yang
menyusun sejarah. Demikian pula dengan tulisan ini, ada fase-fase dalam sejarah
di mana orang menyimpan tulisan tentang kisah perjuangan Einstein menyelesaikan
teorinya sebelum dia menjadi Eisntein yang dikenal dunia.
Banyak kisah perjuangan di dunia
ini yang membuat kita berkata “Apapun hasil akhir dari perjuanganmu, kami tetap
bangga untuk menyaksikan kisahmu”. Untuk menyalakan bara api inspirasi bagi
dunia, kita tidak harus mnyediakan bahan bakar berlimpah, namun kadang kita
hanya perlu menyulut api pertamanya dan biarkan orang lain menyelesaikan
sisanya.
“Lima, empat,
tiga...” Pada T-minus tiga detik nyala api putih meledak dari roket setinggi
bangunan 22 lantai. “Dua, satu. Liftoff.” Langit malam menyala dengan cahaya
dan api serta awan dari asap, begitu sembilan buah mesin menghasilkan daya
dorong sebesar 1,320,000 pound mendorong wahana itu ke langit di tempat
peluncuran Nasa di Tanjung Canaveral. Jalan ke orbit itu pendek tapi ditandai
dengan serangkaian keajaiban teknis, dan roket itu meluncurkannya: 17,000 mil
perjam untuk melepaskan diri dari atmosfer bumi. Separasi tahap pertama dan
kedua. Penyalaan mesin tahap dua. Dalam beberapa menit proses itu berahir:
Kapsul yang membawa 1,000 pound(sekitar
453,6kg) kargo telah berada di orbit, berpacu untuk kemudian docking dengan
ISS (International Space Station),
yang melaju begitu cepat sehingga ia mengelilingi Bumi 15 kali sehari, ini
adalah yang kedua dari penerbangan serupa oleh Falcon 9 beserta kapsul
Dragon-nya sejak bulan Mei. “Ini membuktikan bahwa kami tidaklah sekedar
beruntung untuk kali pertamanya,” ujar chief
designer roket tersebut, Elon Musk. “Tahun depan kami mengharapkan empat
hingga lima peluncuran, tahun berikutnya delapan hingga sepuluh, dan jumlah
peluncuran meningkat 100 persen tiap tahun untuk empat hingga lima tahun ke
depan.” Pada jumlah itu Musk, seorang insinyur otodidak yang juga bocah jago
internet, akan meluncurkan lebih banyak lagi roket bahkan daripada Cina atau
Rusia.
Ada beberapa hal yang lebih sulit daripada menempatkan
sesuatu di orbit. Mercury, Gemini, Apollo, pesawat ulang-alik – kita memikirkan
roket dan yang tertua, kebanyakan raksasa yang anteng: pemerintah AS. NASA.
Lockheed. Boeing. Ruang angkasa, sebuah garis batas yang sangat berbahaya,
sangat menakutkan, sangat rumit dan mustahil, yang karenanya tidak menjadi
milik para petualang individu atau para entrepreneur pemberani, tapi menjadi
milik gabungan dari kompleks industri militer terkuat di dunia. Kecuali bahwa
roket ini tak diluncurkan oleh pemerintah AS, atau bahkan Lockheed atau Boeing,
tapi oleh pria-pria memakai celana pendek dan kaos peselancar yang diawasi oleh
seorang jutawan internet. Penerbangannya mengandung arti sejarah: misi suplai
kargo ke ISS pertama yang dirancang, dibangun dan diluncurkan oleh pihak
swasta. Atau, taruhlah dalam istilah lain, sejak pemberhentian program pesawat
ulang-alik, roket dan kapsul luar agkasa dari sebuah perusahaan kecil pemula,
yang kira-kira seharga sepersepuluh harga pesawat ulang-alik untuk tiap
peluncurannya, telah menjadi alat AS satu-satunya untuk mencapai stasiun ruang
angkasa yang berharga US$100 miliar itu. “Order bisnis pertama kami,” kata
Musk, sambil duduk di dalam kubikalnya di Hawthorne, California, “adalah untuk
mengalahkan perusahaaan roket tetap, kuno. Lockheed. Boeing. Rusia. Cina. Jika
ini adalah sebuah permainan catur, mereka tak punya banyak kesempatan.”
Musk ingin secara mendasar merubah cara kita
bepergian, energi yang kita konsumsi dan warisan kita sebagai umat manusia yang
terikat pada Bumi. Mendengar pria 41 tahun yang penuh percaya diri dan kekanak-kanakan
mengenakan jeans biru dan kaos putih berayun maju-mundur di atas kursi Aeron
nya, dia terdengar menggelikan: Dia berbicara tentang fusi nuklir dan koloni
Mars dan pesawat yang take-off secara
vertikal. Anda ingin menamparnya, membiarkannya di tempat, atau sekedar tertawa
dan mengabaikannya, yang telah dilakukan oleh industri ruang angkasa saat
pertama dia umumkan rencana untuk mengganggu sebuah industri yang sangat sulit
secara teknis dan butuh modal intensif yang membuatnya hanya dimiliki oleh
pemerintah-pemerintah terkaya dunia.
Namun Musk menatap ke langit dan berkata bahwa ia
mampu membangun sebuah roket yang akan mengirim kargo dan manusia ke orbit
lebih murah dan lebih handal daripada yang pernah dilakukan oleh negara dan
perusahaan manapun, dan bahwa ia mampu melakukannya lebih cepat daripada
perusahaan swasta manapun. Saat ini ia adalah seorang CEO dan chief designer di Space
Exploration Technologies, dikenal dengan SpaceX, yang kapsul Dragon-nya pertama kali melakukan doking dengan
ISS pada bulan Mei dalam sebuah penerbangan ujicoba, sebuah prestasi yang hanya
mampu dicapai oleh tiga negara dan European Space Agency (ESA) – dan, kini, menjadi
alat AS satu-satunya untuk mencapai ISS tanpa bantuan asing. SpaceX telah
mengirim lima buah roket ke orbit, memiliki kontrak dengan NASA senilai US$1.6
miliar, 45 peluncuran sesuai jadwal dan mempekerjakan 2,000 orang untuk
merancang dan membangun lebih banyak lagi mesin roket daripada perusahaan
manapun di dunia.
Saat ia tak sedang meluncurkan roket, Musk meng-usil-i
industri mobil yang terkenal bandel. Saat raksasa-raksasa industri seperti
Chevrolet dan Nissan dan Toyota sedang sibuk dengan mobil hibrid
listrik-bensin, bocah okabe (orang kaya baru) ini mengatakan bahwa ia akan
merancang dan memproduksi sebuah mobil listrik yang mampu berjalan ratusan mil
untuk satu kali isi (charging). Tesla
Roadster turun ke jalanan pada 2008 dengan jarak 200 mil, dan model S yang
lebih fungsional, dijual mulai $57,000, dikenalkan pada bulan Juni. Ini adalah
sebuah mobil listrik yang mampu melakukan apapun serupa mobil bensin saya,
hanya saja lebih baik (daripada mobil bensin saya*). Model high-end ini mampu
berjalan 300 mil sekali isi, melompat dari nol ke 60 mil/jam (± 96,6km/jam)
dalam 5.5 detik, melambat dari 60 mil/jam ke berhenti penuh pada jarak 105 kaki
(32m), mampu menampung lima penumpang, memiliki ruang untuk kantong jerami dan
tongkat golf, handle serupa mobil balap dan baterainya digaransi delapan tahun,
100,000 mil. Jika Anda mengisinya via panel surya, ia akan mengalirkan daya
matahari. Seratus unit per minggu sedang diproduksi di sebuah bekas pabrik
Toyota di Fremont, California, dan hampir 13,000 orang telah memesannya.
Seakan ruang
angkasa dan mobil belum cukup untuk ditaklukkan, pada saat yang sama Musk
berusaha untuk merevolusi industri energi juga. Dia adalah investor terbesar
dan ketua dewan pengurus Solar City, salah satu supplier terbesar teknologi
energy surya dan sebuah kepingan kunci dari niatnya untuk merubah tidak
hanya konsumsi energi, namun juga
produksi energi.
Roket Musk
melakukan doking dengan ISS hanya dalam penerbangan keduanya memerlukan sebuah
“rangkaian keajaiban yang merupakan pencapaian fenomenal,” kata Michael
Lopez-Algeria, seorang mantan pilot uji Angkatan Laut, veteran empat misi ulang-alik NASA dan
presiden dari Commercial Spaceflight Federation.
“Musk bilang ‘Ini yang akan saya kerjakan’ dan
ia telah melakukannya,” kata Jendral Jack Dailey, direktur Smithsonian National Air and
Space Museum. “Dialah orangnya dan itu cukup jelas saat ini.”
***
Kepingan-kepingan rumit teknologi adalah alat, dan
alat adalah gagasan terbaik dari perpanjangan tangan manusia, yang merupakan
perpanjangan dari pikiran manusia. Dan pikiran di belakang Tesla dan SpaceX
adalah seorang insinyur otodidak dan pionir belanja di internet. Beberapa
langkah jaraknya dari ruang Musk di sebuah gedung besar di mana dulu Boeing 747
dibuat terdapat tabung-tabung aluminium besar yang segera akan menjadi
badan-badan roket, dan ruang-ruang bersih diisi dengan stainless-steel
meliuk-liuk yang merupakan jantung dari motor roket. Ini bukanlah impian
internet, tak terencana, tanpa ide kasar, tapi sebuah tempat di mana ratusan
insiyur muda yang cerdas telah dilepas oleh Musk, pria yang keluar dari program
paskasarjana fisika terapan di Stanford University pada 1995 untuk menciptakan
sebuah perusahaan, Zip2, bersama saudaranya, Kimbal, yang kemudian mereka jual
ke Compaq Computer seharga US$300 juta. Perusahaanya berikutnya, X.com, yang
kemudian menjadi Paypal dan dia adalah pemegang saham terbesar saat perusahaan
itu dijual ke eBay sehanrga US$1.5 miliar.
Musk pergi membawa US$180 juta dan bisa
saja dia membawa kekayaan barunya dan bermain bocce di atas dek yacht atau
mencoba untuk hal baru berikutnya di Internet. Kecuali bahwa Musk,
sederhananya, sedikit aneh dan memang selalu seperti itu. Apa yang tampak
sebagai rasa percaya diri yang kurang ajar adalah sebuah kecerdasan terlalu
dini dan sebuah pikiran yang secara aneh bercampur dengan dorongan untuk
merubah dunia. “Kebanyakan orang, saat mereka menghasilkan banyak uang tak
ingin mengambil resiko,” ujarnya. “Bagiku ini semua bukan tentang uang, tapi
memecahkan masalah untuk masa depan kemanusiaan.” Dia tidak tertawa ataupun
tersenyum saat mengatakannya. Tak ada tanda ironi.
Sebagai seorang anak yang tumbuh di Pretoria, Afrika
Selatan, ibunya dulu mengira bahwa ia memiliki masalah pendengaran. “Kami
menyebut Elon ‘anak jenius’”, kata ibunya, Maye. “Otaknya lebih maju dari
orang-orang dan kami mengira dia tuli, jadi kami bawa ia ke dokter. Namun
ternyata dia hanya sedang berada di dunianya.” Musk mengangkat bahunya (seakan
tak peduli) saat kuberitahu cerita itu padanya. “Mereka mengambil polipku, tapi
itu tak merubah apapun. Kalo aku sedang konsentrasi pada satu hal maka yang
lain aku buang.” Dia sering dikerjai oleh bocah-bocah lain. Dia benci ke
sekolah. Dia terobsesi oleh fakta-fakta dan membaca. “Jika seseorang bilang
Bulan, kira-kira, jauhnya jutaan mil,” kata Maye,”dia akan bilang, ’tidak,
jauhnya 238,885 mil dari Bumi, tergantung dari mana kau melihatnya.’ Anak-anak
lain akan tercengang ‘Hah?’ Dia penasaran terhadap segala sesuatu dan tak
pernah berhenti membaca dan mengingat semua yang ia baca. Ia tidak sedang
berada di alam mimpi. Dia hanya memandang segala sesuatu sebagai permasalahan
yang bisa diselesaikan.”
Tesla merupakan buah pikiran besar dari seorang lagi,
JB Straubel, yang menciptakan sebuah cara untuk menghubungkan ratusan baterai
ioan litium – pada dasarnya sama seperti yang ada di laptop Anda – bersama
untuk menciptakan daya tahan baterai yang belum pernah ada sebelumnya. Musk
masuk dan menjadi invertor utama di perusahaan itu, di mana dia sekarang
menghabiskan separuh waktunya. “Elon membentuk mentalitas ‘pola pikir untuk
menjadi lebih besar‘ ini,” ujar Straubel, di sebuah studio desain megah di
belakang SpaceX.”Sebagai insinyur kita cenderung menginginkan untuk menjaga
komponen-komponen tetap berukuran kecil, namun Elon selalu membayangkan sesuatu
yang sangat besar ini mengerikan, dan ia sangat menginginkan dan berusaha
keras.”
Musk mengambil sebuah model dari Falcon 9 Heavy Lift,
yang akan memiliki muatan terbesar dari roket manapun dan ia berharap akan
diluncurkan tahun depan. Tidak ada bagian dari pesawat ruang angkasanya yang
tidak dia kenal secara intim. Baginya, permasalahan dengan ruang angkasa tampak
begitu jelas: Semua roket yang ada menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh
pemerintah untuk kinerja maksimal tanpa memandang biaya. Setiap roket dibuat
karena pesanan dan digunakan untuk sekali terbang dan kemudian dibuang.
“Bayangkan,” katanya, “jika Anda membangun sebuah Boeing 747 baru untuk setiap
penerbangan.”
Musk memulai SpaceX dan mengatur pengembangan dari
sebuah wahana dari corat-coretan. Dia memiliki sebuah ide dasar dari apa yang
ia inginkan, bagaimana hal itu bisa diselesaikan, namun ia memperkerjakan para
veteran dari TRW, Boeing dan NASA untuk mengerjakan detailnya. Ia mengorbankan
sejumlah kecil kinerja demi biaya. Ia tak mempatenkan apapun karena ia tak
menginginkan para kompetitor – khususnya China – untuk bahkan hanya melihat
petunjuk dari teknologinya. Dia membangun dan merancang mesinnya sendiri serta
mengatur semua rancangan dan keputusan-keputusan teknis.
“Saya adalah head engineer dan chief designer
sekaligus CEO, sehingga saya tak harus cave to some money guy,” ujarnya. “Saya
menemui banyak CEO yang tak mengerti detail dari teknologi mereka dan itu
konyol bagiku.” Ia membangun fasilitas di dataran Texas di mana setiap potongan
perabot yang dibangun oleh SpaceX diuji terlebih dulu sebelum disatukan menjadi
rocket.
No comments:
Post a Comment