Tuesday, January 4, 2011

keandalan sistem dan kepercayaan seseorang

Seorang teman bercerita tentang kepercayaan barunya, berkaitan dengan seberapa besar andil manusia mampu menentukan kesuksesan suatu proyek. Dia menyimpulkan bahwa peran kita hanya 1% dalam menentukan kesuksesan sebuah proyek, sisanya 99% adalah kehendak Tuhan, atau Anda bisa mengatakan di luar kemampuan prediksi kita. Dalam hal ini sukses diartikan sebagai keandalan system atau proyek mampu bekerja sesuai dengan yang kita rencanakan. Terlalu dini sepertinya, itulah yang saya pikirkan.

Satu di antara banyak orang memang lebih suka berbicara atau memberi komentar daripada membaca. Itulah kurang lebih yang terjadi pada kami berdua, tapi sayangnya teman saya ini lebih parah dari saya. Dia memiliki setumpuk buku teori-teori filsafat dan teologi seperti halnya buku cerita konyol fisika saya yang menumpuk tanpa pernah dibuka. Berangkat dari ceritanya dalam membudidayakan lele, ditemani dua cangkir kopi dan rokok kretek murahan, kami pun mulai mengobrol ngowos ngobos.

Dia bercerita bahwa konklusinya itu berasal dari seorang general manager (entah bagimana dia bisa berkenalan dengan seorang GM) perusahaan perikanan asal Korea, Korea Selatan tentunya. Si Korea ini memiliki pengalaman sangat lama di bidang budidaya lele dan perusahaannya juga telah berinvestasi di banyak tempat di Indonesia. Berawal dari juragan teman saya yang sering frustrasi atas berbagai kegagalan dalam kolam lelenya, teman saya dengan modalnya yang suka nongkrong dan ngobrol dengan orang-orang pelaku budidaya lele, berusaha untuk menenangkan si bos atas frustrasinya dengan dalil si Korea yang notabene lebih berpengalaman.

Saya nggak tahu apakah teman saya ini percaya pada omongan si Korea atau hanya menggunakan argument itu untuk bosnya yang sering frustrasi. Namun, yang jelas dia balik bertanya pada saya apakah saya mempercayai hal itu (ini yang paling saya benci dari pria ini). Aneh juga jika seorang GM bercerita demikian kepada para pekerjanya. Maksud saya itu sangat beresiko jika sampai anak buahnya mengartikan bahwa mereka tak perlu kerja keras untuk menentukan keberhasilan proyek, karena seberapa keraspun mereka bekerja mereka tetap dihadapkan pada 99% kejadian stokastik yang tak dapat mereka prediksi. Tapi bukan itu yang kita bahas, justru kesimpulan si Korea ini yang kita obrolkan.

Menurut saya kesimpulan itu normal karena setiap orang memang mengambil kesimpulan sebagian besar dari pengalaman spiritual pribadinya. Bagi saya proporsi itu bisa lain karena pengalaman spiritual saya mengatakan lain. Kesimpulan itu bisa saja dia ambil karena dia sudah lama bekerja dengan sistem yang sangat rumit.
Saya lebih suka untuk menjelaskan ini dengan teori keandalan system. Dalam Teknik System dan Pengaturan keandalan system sangat penting. Itu kurang lebih adalah ukuran seberapa besar kita bisa berharap system bekerja sesuai keinginan kita.

Keandalan system tentu bergantung kepada keandalan komponen-komponen penyusunnya. Selain itu keandalan sebuah system juga ditentukan oleh konstruksi komponen system itu sendiri. Sebuah system yang komponen-komponennya tersusun secara parallel akan memiliki keandalan yang lebih besar daripada system yang komponennya tersusun seri. Analogi paling sederhana menurut saya adalah aliran arus listrik dari ujung sebuang konduktor ke ujung lainnya dengan konstruksi system berada di tengahnya. Dalam system seri setiap komponen diharuskan bekerja dengan baik sehingga ‘arus listrik’ bisa mengalir pada konduktor. Namun tidak demikian dengan system parallel, dalam system ini hanya dibutuhkan satu saja komponen yang harus bekerja dengan baik sehingga ‘arus listrik’ bisa mengalir dalam konduktor.

clip_image002
Image from Charles S. Wasson. System Analysis, Design, and Development page 627.

Untuk system seri dengan n komponen berlaku :
Rseri = (R1)(R2)(R3)…(Rn)
Dengan Ri adalah keandalan masing-masing komponen.
Sedangkan untuk system parallel dengan n komponen berlaku:
Rparallel =1-[(1-R1)(1-R2)(1-R3)…(1-Rn)]
Dengan tiap (1-Ri) merepresentasikan ketidak-andalan tiap komponen.

Sebuah system seri bisa diartikan sebagai proyek atau misi yang tak punya alternative cara untuk mencapainya. Sedangkan system parallel memiliki banyak alternative sebanyak komponen yang tersusun parallel.

Namun sebuah system di dunia nyata tentu tidak sesederhana itu. Sebuah system sering kali merupakan gabungan dari dua macam konstruksi tersebut. Nah, dalam kaitannya dengan budidaya lele tadi saya memandang bahwa system itu memiliki susunan seri komponen yang sangat banyak. Anggaplah susunan seri sebagai gerbang logika AND, yah semua syarat yang harus dipenuhi dan tak memiliki alternative adalah komponen yang tersusun seri. Misalnya, suhu air, pH air, proses pergantian air, dan seabrek syarat lainnya yang tak memiliki alternative (saya pribadi tak paham apapun tentang budidaya lele). 

Dengan demikian kita bisa dengan mudah mengatakan bahwa keandalan system ini cukup kecil. Meski mungkin tak sekecil yang dikatakan oleh si Korea tadi. Saya menganggap nilai 1% itu hanya ungkapannya bahwa sangat sulit untuk memastikan keberhasilan budidaya ini. Apalagi ini adalah system biologi; system biologis memiliki sangat banyak variable yang tak bisa dimonitor apalagi dikontrol oleh kita. Tentu ada sangat banyak asumsi yang harus dibuat jika kita ingin mengetahui keandalan system tersebut. Tapi terus terang saya curiga juga apakah budidaya lele sampai sesulit itu ya? bayangkan 1%....

 Ini sih, saya cuman pingin ngeyel sama teman saya bagaimana angka itu bisa muncul, karena pria yang satu ini tak akan diam kalo kita gak kasih alasan (meski agak ngawur, dan limp jadinya).

Kemampuan kita untuk menentukan seberapa besar peran kita dalam setiap hal memang tak hanya berdasarkan pada seberapa rumit system yang sedang kita kerjakan. Setidaknya dengan pendekatan ini akan tampak bagaimana seseorang bisa mengatakan bahwa kita hanya memiliki 1% kemampuan. Well, setelah saya cerita ngowos begini teman saya mulai bingung bagaimana harus menyangkal..(karena saya sudah tak peduli dengan pendekatan lain, ahahaha__ tapi saya terima komentar Anda di postingan ini)

Kadang saya bingung apakah dia berdiskusi untuk sebuah solusi atau kemenangan di satu pihak. ..

3 comments:

Azam said...

Membaca paragraf2 awal tulisan ini, seolah Aku merasa kenal dg sosok teman Mu itu, Bro...
Aha haha haha haha ...

Semoga Aku tak salah tebak!

nadzor said...

ahaha... tentu..

mari dirasani la kok muncul nang SBY wonge..

terae jagoan! tanpa keisengan dia mungkin aku gak iling tau belajar kene'an.. ahaha
ngowos ngobos

Azam Bahtiar said...

Mbet, kok macet postingane???
Opo gara2 arek sing megawe neng SPA?? wkwkwkwkwkkkk