Tuesday, November 18, 2008
F-22 Raptor, just a bit about
Jet tempur ini menggunakan sepasang mesin high thrust-to-weight ratio baru, Pratt & Whitney F119-PW-100, yang didesain untuk operasi supersonic efisien namun tanpa afterburner (disebut supercruise), dengan daya tahan yang telah dikembangkan melebihi mesin-mesin yang ada pada saat ini. Teknologi lanjutan yang dipakai pada F119 memasukkan integrated flight-propulsion controls dan thrust-vectoring engine nozzle 2 dimensi (ke atas dan bawah) yang memberi F-22 maneuverability yang belum pernah ada. Pengembangan F119 dilakukan di Pratt & Whitney’s West Palm Beach, FL, Facility, sedangkan produksi di pabrik perusahaan di Middletown, CT. Pratt & Whitney telah membuat 27 mesin layak terbang selama EMD.
Didesain untuk operasi supersonic efisien tanpa afterburner dengan ketahanan yang melebihi mesin-mesin saat ini, F119 adalah sebuah mesin dengan thrust-to-weight ratio tinggi. F119 digunakan pada US air force/Pratt & Whitney research program serta untuk pesawat-pesawat tempur canggih lainnya. Mesin ini didesain dengan cara “integrated product development” untuk mencapai keseimbangan antara performa, keamanan & kelayakan, maintainability serta biaya life-cycle rendah. Selain itu, mesin ini mempunyai komponen yang lebih sedikit dan lebih tahan dari mesin-mesin jet tempur sebelumnya.
F119-PW-100 adalah sebuah kemajuan revolusioner dalam tenaga dorong jet tempur. Mesin ini mengembangkan dorongan yang lebih dari dua kali lebih lebih kuat daripada pesawat lain pada kondisi dibawah supersonic, dan bahkan dorongan yang lebih kuat daripada ketika pesawat biasa menggunakan afterburner sekalipun.
Sebuah F-22 akan didorong oleh dua buah mesin yang masing-masing memiliki 35,000-pound-thrust-class. Sebagai perbandingan, mesin yang menalangi F-15 dan F-16 memiliki range thrust rating antara 23,000 hingga 29,000 pound.
Mesin-mesin jet memperoleh thrust tambahan dengan injeksi bahanbakar secara langsung ke bagian exhaust mesin. Proses tersebut disebut afterburner (ada di artikel tersendiri), memberi sebuah boost seperti roket pada saat fuel dinyalakan pada exhaust chamber pesawat. Taruhannya adalah konsumsi fuel yang lebih besar, jumlah panas yang lebih, dan akibatnya, visibilirty lebih kepada pihak musuh (banyak heat seeker di militer).
F119 mampu mendorong F-22 mencapai Mach 1.4 bahkan tanpa menggunakan afterburner, yang memberikan sebuah range operasi yang lebih besar serta memungkinkan untuk operasi stealthier. Produk dari riset selama lebih dari 40 tahun pada high-speed propulsion system. F119 adalah bukti bahwa hi-technology tidak harus rumit.
Trust vector pada F-22 Raptor
Labels:
aviation,
F-22 raptor,
jet raptor
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment