(image: imaginaire.ca)
Sebuah buku berjudul A Handbook to Literature karangan C. Hugh Holman mendefinisikan sebuah cerita detektif sebagai “sebuah novel atau cerpen dinama terdapat sebuah kejahatan, biasanya pembunuhan - identitas sang pelaku tak diketahui – dipecahkan oleh seorang detektif melalui sebuah data-data logis dan interpretasi dari bukti yang gamblang, dikenal sebagai petunjuk (clues).” Sebuah kisah detektif yang bagus secara umum mengikuti semacam “peraturan tak tertulis”. Beberapa “peraturan” itu kurang-lebih adalah:
Pertama, kasus kriminalnya (crime) haruslah penting atau berarti, pantas dengan perhatian yang diterimanya. Sebagian besar cerita menyangkut pembunuhan, meski Conan Doyle mengikat mayoritas crime-nya seputar ketamakan dan pencurian.
Kedua, sang detektif harus hadir sebagai karakter yang mudah diingat. Harus cerdas, tentu, cerdas dan suka memperhatikan, namun juga memiliki kebiasaan khas, mungkin memiliki sebuah keistimewaan yang janggal yang bisa membedakan dia dengan orang lain. Lollipop Kojak, jas hujan Columbo yang lusuh, gadget keren James Bond, benda-benda itu membuat sang pahlawan kelihatan beda.
Ketiga, bersama dengan seorang detektif yang khas, harus ada seorang lawan yang luar biasa, seorang criminal yang cukup cerdik sebagai lawan dari sang hero. Sehingga pemecahan masalah tidak terlalu mudah.
Keempat, karena daya tarik dari sbuah kisah detektif terletak pada kesempatan bagi pembaca untuk menerka solusi yang akan ditemukan sang detektif, maka semua tersangka harus diperkenalkan diawal cerita.
Kelima, semua petunjuk yang ditemukan oleh sang detektif harus pula ada bagi pembaca.
Terahir, pada ahir cerita, solusi harus tampak jelas, logis, dan mungkin untuk terjadi. Kejahatannya tidak boleh berasal dari kecelakaan atau sangkut paut supranatural, dan sang detektif harus mampu menjelaskan semua aspek kasus dengan cara yang layak.
Terlepas dari semua kejahatan yang ada dalam cerita detektif, apa yang sebenarnya menarik dari kisah itu adalah kemampuan penulis membawa pembaca ke dalam ceritanya, menjadi bagian dari cerita, dan kemudian ikut menganalisa kasus yang mengalir dalam cerita tersebut. Yah, analisa! Itulah salahsatu kesenangan pembaca. Karena memang kecenderungan manusia untuk menyukai analisa baik objek real atau abstrak seperti matematik. Tak heran kalo kita sering menjumpai orang matematik yang suka analisa persoalan hingga mendalam meski hasilnya akan tetap setia di atas kertas karena terlalu jauh dari realitas, selain itu banyak juga penggemar kisah-kisah detektif yang bahkan sangat jijik melihat darah atau peristiwa pembunuhan di kehidupan nyata.
Pertama, kasus kriminalnya (crime) haruslah penting atau berarti, pantas dengan perhatian yang diterimanya. Sebagian besar cerita menyangkut pembunuhan, meski Conan Doyle mengikat mayoritas crime-nya seputar ketamakan dan pencurian.
Kedua, sang detektif harus hadir sebagai karakter yang mudah diingat. Harus cerdas, tentu, cerdas dan suka memperhatikan, namun juga memiliki kebiasaan khas, mungkin memiliki sebuah keistimewaan yang janggal yang bisa membedakan dia dengan orang lain. Lollipop Kojak, jas hujan Columbo yang lusuh, gadget keren James Bond, benda-benda itu membuat sang pahlawan kelihatan beda.
Ketiga, bersama dengan seorang detektif yang khas, harus ada seorang lawan yang luar biasa, seorang criminal yang cukup cerdik sebagai lawan dari sang hero. Sehingga pemecahan masalah tidak terlalu mudah.
Keempat, karena daya tarik dari sbuah kisah detektif terletak pada kesempatan bagi pembaca untuk menerka solusi yang akan ditemukan sang detektif, maka semua tersangka harus diperkenalkan diawal cerita.
Kelima, semua petunjuk yang ditemukan oleh sang detektif harus pula ada bagi pembaca.
Terahir, pada ahir cerita, solusi harus tampak jelas, logis, dan mungkin untuk terjadi. Kejahatannya tidak boleh berasal dari kecelakaan atau sangkut paut supranatural, dan sang detektif harus mampu menjelaskan semua aspek kasus dengan cara yang layak.
Terlepas dari semua kejahatan yang ada dalam cerita detektif, apa yang sebenarnya menarik dari kisah itu adalah kemampuan penulis membawa pembaca ke dalam ceritanya, menjadi bagian dari cerita, dan kemudian ikut menganalisa kasus yang mengalir dalam cerita tersebut. Yah, analisa! Itulah salahsatu kesenangan pembaca. Karena memang kecenderungan manusia untuk menyukai analisa baik objek real atau abstrak seperti matematik. Tak heran kalo kita sering menjumpai orang matematik yang suka analisa persoalan hingga mendalam meski hasilnya akan tetap setia di atas kertas karena terlalu jauh dari realitas, selain itu banyak juga penggemar kisah-kisah detektif yang bahkan sangat jijik melihat darah atau peristiwa pembunuhan di kehidupan nyata.
No comments:
Post a Comment