Apa yang dulu menjadi momok setiap ahir semester sekarang menjadi hal yang paling menyenangkan untuk dikerjakan. Yup, matematik memang momok bagiku waktu SMP. Tapi hari ini, persamaan-persamaan yang ,mereka bilang, gak jelas itu menjadi hal yang paling menyenangkan untuk dikerjakan daripada harus menulis laporan praktikum 18 lembar dengan tulisan tangan. Apalagi jika sang asisten praktikum memang sedikit suka "menyiksa" para praktikan.
Lantas kenapa waktu itu matematik sangat menyebalkan?
jawabannya mungkin karena kita kurang merasa asik waktu bergumul dengan persamaan-persamaan itu. Sebenarnya, dia digunakan hanya untuk representasi dari dunia fisik, dalam pemodelan berbagai permasalahan teknik, ekonomi dan lain-lain. Jika kita terlalu lama bergumul dengan "mereka" tanpa tahu aplikasinya kebanyakan dari kita pasti merasa bosan(kebanyakan, so ada beberapa orang yang memang senang bercinta dengan benda abstrak tanpa bosan).
Tapi hal yang lebih menakutkan adalah ketika kita dihadapkan dengan sistem fisik yang harus ditangani dengan model matematik, sedangkan kita belum benar-benar paham metodenya! Aagh... rasanya pasti kayak kehujanan pas keluar rumah di ahir musim kemarau. Sayang banget, kenapa rasa malas datang duluan sebelum seluruh bab terselesaikan? Padahal tinggal sedikit bgt.
Makanya sebelum hal yang sama terjadi dalam kuliah Anda yang sangat penting, lebih baik Anda belajar cara menangani kebosanan dalam matematik. Mungkin untuk saat ini, lucu kalo kita masih merasa risih dengan matematik, tapi sangat wajar kalo kita merasa risih dengan DOSEN! yah DOSEN!!!!
Dosen adalah sumber ilmu, kata mereka, tapi juga karena dosen kadang-kadang kuliah malah jadi semakin rumit, runyam! dan berahir dengan kebutaan... he he.. Itu fakta, banyak kuliah dengan topik-topik yang menyenangkan malah menjadi "mbulet kyk bolah bol" ketika sang dosen menjelaskan dengan bahasa pemrograman(???) yah dia mungkin gak tahu kalo para peserta kuliah adalah homosapien yang berbicara dalam bahasa mereka sendiri. yah.. itu adalah cobaan, sebelum kita lulus dan menjadi DJ nantinya.
Ok, balik ke rasa bosan, nah kalo bosan dengan math, Anda bisa melihat berbagai aplikasinya sehingga dia tampak lebih nyata. Seperti penggunaan Mapple, misalnya. Dengan begitu, matematik akan jadi lebih asik. Tapi untuk menghilangka kebosanan di kelas dosen yang "mantap" saya sendiri juga masih bingung, mereka pikir kitalah yang harus menyesuaikan dengan kondisi kelasnya. "This is my class, so if U wanna get an A on final, just do it on my way. it's my way or the hi way" kata sang dosen, "Ough Sh**!, we're done, Man!" sahut Iyus.
Matematik sangat luas, gak tau gimana dulu orang-orang "abstrak" itu berlomba-lomba untuk menambah koleksi persamaannya. Pantes kalo ada fisikawan yang bilang kalo setiap soal fisika bisa diselesaikan dengan sekurangnya 6 cara yang berbeda. Nah, kalo paham lebih dalam tentu sangat menyenangkan, yah, bukan hanya membantu tapi juga menyenangkan. Persamaan Kirchoff misalnya, persamaan yang sudah dikenal sejak SMP itu bisa diselesaikan dengan berbagai cara dalam math, ketika kita bicara arus rangkaian sebagai fungsi dari waktu i(t) dalam sebuah rangkaian RLC, maka analisa integral dan defferensialnya akan sangat menyenangkan alias "rumit". Tapi, sebenarnya ada transformasi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan persamaan defferensial ini, misalnya Laplace. Nah, dengan Laplace transfomation kita bisa menyederhanakan berbagai operasi "ruwet" itu.
So, momok yang waktu SD dulu datang sebagai satu-satunya warna merah di rapor, sebenarnya adalah hal yang sangat menyenangkan kalo sering kita gunakan.
No comments:
Post a Comment